Sanitation, Safety, Security : Tiga Kunci Pengembangan Geopark Jogja
Sebagai tindak lanjut rencana pengajuan Geopark Jogja sebagai Geopark Nasional, Tim Pusat yang terdiri dari Komite Nasional Geopark Indonesia (KNGI), perwakilan Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Kementerian ESDM dengan didampingi oleh Biro Pengembangan Infrastruktur Wilayah dan Pembiayaan Pembangunan (PIWPP) Setda DIY dan Sekretariat Forum Geoheritage Kabupaten Sleman melakukan kunjungan ke beberapa Geosite dan CoE di Kabupaten Sleman pada Rabu (21/06) dan Kamis (22/06). Kunjungan dilakukan untuk melakukan pra-verifikasi pengajuan Geopark Jogja sebagai Geopark Nasional yang akan dilaksanakan pada 2024 mendatang.
Kunjungan hari pertama dilakukan di Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) UGM dan Geosite Tebing Breksi. PIAT UGM merupakan salah satu CoE yang menjadi mitra kerjasama dengan Badan Pengelola Geopark, khususnya terkait agroteknologi. Selain fokus pada benih, pupuk, pelatihan, dan eduwisata, PIAT UGM juga memiliki RInDU (Rumah Inovasi Daur Ulang) yang mengelola sampah dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Masyarakat dapat mengirimkan sampahnya (sampah anorganik) untuk diolah menjadi kerajinan dan barang berdaya guna tinggi. Kedepannya, PIAT UGM dapat bekerja sama dengan Geopark Jogja untuk memberikan pelatihan terkait agroteknologi, khususnya untuk menunjang Geo-Agro, salah satu Geoproduk di Geopark Jogja.
Kunjungan di Tebing Breksi disambut baik oleh Kholiq selaku Ketua Pengelola Tebing Breksi, Kelompok Sadar Wisata Lowo Ijo. Geosite Tebing Breksi dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata Lowo Ijo sejak 2016. Hingga saat ini, Kelompok Sadar Wisata Lowo Ijo terus berupaya untuk meningkatkan daya tarik wisata di Tebing Breksi tanpa merusak zona inti, sesuai dengan Peraturan Gubernur yang telah ditetapkan. Safri Burhanuddin selaku perwakilan KNGI menyampaikan bahwa Tebing Breksi memiliki potensi dan daya tarik yang besar. Oleh karena itu, perlu adanya perhitungan carrying capacity dan pembatasan jumlah pengunjung agar jumlah pengunjung sesuai dengan daya dukung Tebing Breksi.
Kunjungan hari kedua dilakukan di tiga lokasi, yaitu Museum Gunung Merapi (MGM), Sentra Jadah Tempe, dan Sleman Volcano Park. Liela Ubaidi selaku perwakilan KNGI menyampaikan bahwa Merapi memiliki potensi yang luar biasa. Harapannya, Museum Gunung Merapi (MGM) sebagai pintu gerbang dapat menjadi pusat edukasi bagi wisatawan dan masyarakat. Sebelum memasuki kawasan wisata di Gunung Merapi, nantinya wisatawan dan masyarakat menerima edukasi terlebih dahulu di MGM. Liela juga menyampaikan bahwa kunci pengembangan wisata alam adalah sanitation, safety, dan security. Geopark Jogja sebagai wisata alam dan edukasi perlu memegang tiga kunci tersebut untuk terus berkembang.
Selanjutnya, Tim Pusat berkunjung ke Sentra Jadah Tempe untuk melihat proses dan mencoba merasakan Jadah Tempe, makanan khas Kaliurang, yang menjadi salah satu Geoproduk Geopark Jogja. Sentra Jadah Tempe memiliki ruangan produksi yang steril. Saat ini sedang uji coba alat yang dapat mereduksi air sehingga Jadah Tempe dapat awet dalam beberapa hari. Selain ruangan produksi jadah tempe, terdapat ruangan di lantai dua yang merupakan rumah promosi makanan khas dan kerajinan yang dapat dikunjungi wisatawan.
Kunjungan di Sleman diakhiri dengan mengunjungi Sleman Volcano Park di Bakalan. Sleman Volcano Park merupakan saksi dan bukti kejadian erupsi Merapi tahun 2010. Sleman Volcano Park memiliki sejarah yang kuat, sehingga diharapkan menjadi tempat wisata yang mengedukasi dan membuat masyarakat lebih peduli terhadap bencana, khususnya bencana Gunung Merapi. ~ REL/Bidang Fisik dan Prasarana ~
Sumber Berita : Klik Disini