Tebing Breksi Piroklastik Purba Sambirejo merupakan situs yang menjadi bukti/ rekaman sejarah dahsyatnya erupsi besar gunung api purba Semilir yang disebut sebagai Super Eruption of Semilir Volcano. Kemudian, pada situs ini juga ditemukan fosil nannoplankton yang menunjukan umur miosen awal. Oleh karenanya, Tebing Breksi Piroklastik Purba Sambirejo menjadi laboratorium alam di bidang petrologi, vulkanologi, geologi struktur, dan mikropaleontologi.

Mendasarkan pada kajian geologi Tim Geoheritage UPN Veteran Yogyakarta dan mengacu pada Peta Geologi Lembar Yogyakarta dan Surakarta- Giritontro oleh Rahardjo dkk (1995) serta Surono (1992), lokasi Tebing Breksi Piroklastik Purba Sambirejo termasuk kedalam Formasi Semilir yang menumpang di atas Formasi Kebobutak yang terletak di sebelah timurnya (arah umum kemiringan lapisan batuan Formasi Semilir disini relatif ke arah barat). Batuan vulkanik yang termasuk ke dalam Formasi Semilir dicirikan dengan fitur-fitur yang khas berupa endapan piroklastik jatuhan, hembusan, dan aliran termasuk struktur dune dan antidune, perlapisan kristal, laminasi dengan butiran yang tersortasi dengan baik, diffuse bedding, breksi (dengan blok-blok pumice), abu vulkanik yang tebal, dan fragmen arang yang melimpah (Smyth dkk, 2011).


Posisi Tebing Breksi Piroklastik Purba Sambirejo dalam Peta Geologi Kabupaten Sleman dan Sekitarnya, modifikasi dari Rahardjo dkk (1995) dan Surono dkk (1992). Situs ini termasuk ke dalam Formasi Semilir (Tms).

Batuan pada situs Tebing Breksi Piroklastik Purba Sambirejo merupakan batuan gunungapi berupa endapan piroklastik dengan tebal mencapai lebih dari 200 m. Endapan ini terdiri dari tuf, tuf lapili, breksi batuapung, dan fragmen arang. Fitur struktur endapan/ sedimen situs ini berupa perlapisan kristal dan laminasi dengan butiran yang tersortasi baik.

Singkapan batuan endapan gunungapi purba di lokasi ini membentuk morfologi berupa bukit. Penambangan yang dahulu pernah dilakukan penduduk lokal pada bukit ini menghasilkan kupasan tebing setinggi 30 meter yang saat ini telah dikonservasi. Dari singkapan ini terlihat dengan segar batuan penyusunnya yang umumnya terdiri dari lapisan abu gunungapi mengandung fragmen-fragmen batu apung (pumice). Kehadiran batuapung ini membuktikan dengan sangat meyakinkan bahwa lapisan ini merupakan hasil letusan gunungapi yang eksplosif (Prasetyadi, 2012). Batuan semacam ini banyak dijumpai mulai dari perbukitan di daerah Parangtritis sampai daerah Wonogiri, dengan ketebalan antara 300-600 meter.  

Secara stratigrafi (urutan perlapisan), Formasi Semilir ini berada di atas Lava Bantal Berbah. Distribusi yang luas dan dengan ketebalan yang besar mengindikasikan bahwa Formasi Semilir ini dihasilkan dari suatu rangkaian peristiwa letusan gunungapi yang besar 20 juta tahun lalu, yang kemungkinan tidak kalah dahsyat dengan letusan Toba Supervolcano. Oleh karenanya formasi ini disebut sebagai hasil super eruption dari Semilir Volcano (Smyth et al 2005). Melalui bentang alam yang di situs ini, terlihat bukti otentik masa puncak kejayaan gunungapi purba di Pulau Jawa.

Secara administratif Tebing Breksi Piroklastik Purba Sambirejo berada di Kalurahan Sambirejo, Kapanewon Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu pada koordinat 7° 46' 54,922" LS dan 110° 30' 15,251". Lokasi situs ini berjarak ±18 km dari Kota Yogyakarta dan dapat dengan mudah dicapai baik dengan kendaraan roda dua atau bahkan menggunakan kendaraan roda empat yakni searah dengan jalan menuju ke arah Candi Ijo. Sepanjang perjalanan akan disuguhi pemandangan persawahan yang cukup asri. Jalan disini sudah beraspal/pengerasan dan bisa dilewati dengan kendaraan roda empat. Jalan lurus kurang lebih 1,5 km hingga menemui tanah lapang di kiri jalan, tepat di seberang tanah lapang adalah bukit yang merupakan Tebing Breksi Piroklastik Purba Sambirejo.


A) Lokasi Tebing Breksi Piroklastik Purba Sambirejo. B) Singkapan endapan abu vulkanik purba (berumur 20-30 Juta tahun) yang mencapai ketebalan >50 m, di Kalurahan Candi Ijo, Prambanan.C) Kenampakan contoh batuan setangan endapan piroklastik yang terdiri dari abu vulkanik (lapisan halus bagian atas) dan batu apung (pumice) yang berbutir lebih kasar (lapisan bagian bawah). D) Kegiatan penambangan oleh warga yang keberadaannya cukup mengancam kelestarian situs ini.

Selain itu, Geosite ini merupakan rujukan alih kegiatan masyarakat dari pertambangan rakyat dan seniman ukir batu menjadi pengelola geowisata dan contoh keberhasilan pengembangan kawasan dengan konsep dan tematik yang konsisten.