Situs artefak (rekaman dan bukti evolusi) sejarah Bhumi Jogja pada Masa Gunungapi Purwa yang menunjukkan lingkungan pengendapan laut sebelum Masa Gunungapi Purba terbentuk. Pada situs ini terdapat singkapan langka berbentuk monumen batu gamping berumur Eosen (54-36 juta tahun lalu) di antara endapan fluvio vulkanik berumur Kuarter hasil aktivitas Gunung Merapi.


Bentuk batuan di Situs Batugamping Eosen Ambarketawang


Posisi Batugamping Eosen Dalam Peta Geologi Kabupaten Sleman dan Sekitarnya, Modifikasi dari Rahardjo Dkk (1995) dan Surono Dkk (1992) memperlihatkan Bahwa Posisi Situs Ini Berada Diantara Endapan Gunungapi Merapi Muda (Qmi) dan Berada di Selatannya Berupa Formasi Sentolo (Tmps) dengan Kemiringan Lapisan Batuan yang Terdekat dengan Situs Mengarah ke Selatan

Situs Batugamping Eosen Ambarketawang secara administratif berada di Kalurahan Ambarketawang, Kapanewon Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pada koordinat 7° 48' 24,5' Lintang Selatan dan 110° 19' 11,1'' Bujur Timur. Lokasi ini sangat mudah dijangkau dengan menggunakan kendaraan bermotor (roda empat maupun roda dua) melalui jalan arteri Jogja-Wates.

Mendasarkan pada kajian geologi terdahulu yang disusun tentang situs ini oleh Tim Geoheritage UPN Veteran Yogyakarta, bahwa Monumen Batugamping Eosen tersingkap diantara dataran fluvio vulkanik berumur Kuarter yang merupakan endapan material dari Gunung Merapi. Secara keilmuan, batu gamping adalah istilah untuk batuan yang mengandung senyawa kalsium karbonat (CaCO₃) lebih dari 90%, dimana istilah Eosen dibelakang nama situs ini menunjukan bahwa batuan ini berumur Eosen (54-36 juta tahun lalu).

Di selatan situs ini tersingkap luas batuan yang merupakan bagian dari Formasi Sentolo. Menurut Rahardjo dkk (1995), Formasi ini berumur Miosen – Pliosen (lebih muda dari Eosen). Analisis sederhana berbasis pada hukum superposisi “jika kita berjalan searah kemiringan lapisan batuan, akan bertemu dengan lapisan yang lebih muda” menunjukan bahwa Monumen Batugamping Eosen berada di bawah Formasi Sentolo (lebih tua) dikarenakan kedudukan lapisan batuan pada Formasi Sentolo di selatan  Batugamping Eosen relatif mengarah ke selatan.

Ahli geologi Verbeek dan Fennema (1896) menyatakan bahwa di daratan Pulau Jawa hanya terdapat 0,5 % singkapan batuan berumur Eosen (54-36 juta tahun lalu). Salah satu singkapan batuan tersebut antara lain terdapat di Kalurahan Ambarketawang yang selanjutnya ditetapkan dengan SK Menteri Kehutanan pada tahun 1989 sebagai cagar alam. Berdasarkan penelitian oleh Gerth (1929) dan Purnamaningsih (1972), pada contoh batuan dari batu gamping tersebut ditemukan fosil-fosil Foraminifera yang berupa: Pellatispira orbitoidae, Discocyclina dispansa, dan Nummulites gerthi. Dari temuan-temuan inilah dapat disimpulkan bahwa endapan gamping di Ambarketawang berumur Eosen.

A) Indeks Lokasi Batugamping Eosen; B) Kondisi Monumen Batugamping Eosen Tahun 1956; C) Kondisi Monumen Batugamping Eosen Saat Ini Terlihat Bahwa Volume Singkapan Batuan Tersebut Berkurang Dibandingkan Tahun 1956; dan (D-E) Foto Mikroskopis Fosil Discocyclina Sp. dan Nummulites Sp. sebagai Fosil Indeks Kala Eosen.



Tampak Dekat Batuan di Situs Batugamping Eosen Ambarketawang

Situs Batugamping Eosen Ambarketawang merupakan laboratorium alam di bidang petrologi, khususnya batugamping. Geosite ini juga menjadi Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Gunung Gamping yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) https://www.bksdajogja.org/kawasan-insitu/detail/77/cagar-alam-batu-gamping.html Daerah Istimewa Yogyakarta.

.
Batugamping Eosen Ambarketawang yang termasuk Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Gunung Gamping

Selain keunikan pada aspek ilmiah geologi, situs Batugamping Eosen Ambarketawang juga memiliki keunikan aspek sejarah dan budaya. Situs geologi ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pesanggrahan Ambarketawang yang dibangun oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I, yaitu ketika kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat didirikan. Bahan galian batugamping Eosen di Ambarketawang ini juga merupakan bahan yang digunakan untuk membangun Kraton, benteng dan gedung-gedung utama di Yogyakarta. Di situs ini pula rutin diadakan Upacara Adat Saparan (penyembelihan bekakak) di setiap bulan Sapar (kalender Jawa).


Upacara Adat Saparan Penyembelihan Bekakak